Membedah Anggapan bahwa Bahasa Indonesia Tidak Penting: Upaya Meningkatkan Kesadaran dan Minat Peserta Didik dalam Pembelajaran

Mukminati Zulfa

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Pascasarjana, Universitas PGRI Semarang

zulfamukminati@gmail.com

 

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh makhluk sosial untuk berkomunikasi antar sesamnya. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa penghubung diantara keberagaman suku bangsa di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat (Maghfiroh, 2022) yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu, bahasa Indonesia juga menjadi alat komunikasi yang mampu mempersatukan berbagai keberagaman yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai peranan fundamental dalam proses komunikasi masyarakat yang ada di Indonesia. Tanpa adanya bahasa Indonesia, masyarakat tidak dapat berkomunikasi dengan baik mengingat banyaknya suku dan budaya yang ada di Indonesia. Seiring perkembangan zaman bahasa Indonesia mulai kekurangan eksistensinya di Masyarakat. Tidak sedikit dari masyarakat yang mulai berfikir bahwa bahasa Indonesia itu sesuatu yang bahkan tidak perlu dilestarikan dan dijaga keberadaanya. Padahal bahasa Indonesia ialah bahasa nasional bagi rakyat Indonesia. Pada UUD 1945 bab 15 pasal 36 menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah di Indonesia (Wahyuni, 2018).

Pada daerah-daerah tertentu Bahasa Indonesia mengalami kemerosotan penggunaan. Masyarakat di lingkungan tertentu berfikir bahwa mereka dapat menggunakan bahasa daerah yang ada dan tidak perlu mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dimanapun mereka berada mengingat mereka memiliki etnis yang sama. Penggunaan bahasa daerah sebenarnya tidak dilarang namun, si pengguna harus memperhatiakan situasi dan kondisi saat penggunaanya. Misalnya di lingkungan formal, seluruh partisipan yang ada pada lingkungan tersebut harus menggunakan bahasa Indonesia agar memudahkan pemahaman dan komunikasi antar indvidu, menjaga kesopanan dan profesionalisme, serta menjaga keutuhan dan keberlanjutan bahasa Indonesia.

Sekolah merupakan salah satu bentuk dari lingkungan formal. Menurut (Syaadah et al., 2023) Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah-sekolah. Jalur ini memiliki jenjang pendidikan yang runtut dan jelas. Pendidikan formal, dimulai dari pendidikan dasar, berlanjut ke menengah hingga pendidikan tinggi. Sekolah memiliki fungsi sebagai tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, sosial, keagamaan, dan tentunya membentuk moral peserta didik. Peserta didik juga diajarkan menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisinya. Di lingkungan sekolah, peserta didik wajib menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, karena lingkungan sekolah ialah lingkungan formal dan tentunya pada lingkup ini tidak hanya ada satu suku dan budaya, melainkan beragam yang menuntut peserta didik harus berbahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar komunikasi antar guru, peserta didik, dan individu yang ada di lingkungan sekolah berjalan dengan baik.

Pada kenyataanya, banyak individu dalam lingkungan sekolah yang masih kurang memperhatikan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan formal. Di kalangan peserta didik, sering kali muncul anggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang kurang penting. Banyak siswa menganggap bahwa mempelajari Bahasa Indonesia tidak memberikan nilai tambah yang nyata. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai anggapan tersebut dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran serta minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Menurut (Khoiruman, 2021; Sari et al., 2020) Di lingkungan sekolah, kurangnya minat membaca dan pemahaman bahasa Indonesia yang kurang kuat sering kali menjadi kendala dalam mencapai hasil belajar yang optimal dalam bahasa Indonesia. Penelitian di beberapa sekolah dasar di Indonesia mengidentifikasi bahwa kurangnya sumber daya yang relevan, keterbatasan metode pembelajaran, dan kurangnya keterlibatan siswa juga menjadi hambatan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Taraf penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah masih menjadi permasalahan yang belum usai, terutama dalam hal literasi peserta didik. Berdasarkan survei PISA 2022, literasi membaca siswa Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dengan skor 359 poin, dibandingkan dengan skor 371 pada tahun 2018 (Santi et al., 2022). Hal ini membuat Indonesia mengalami kemerosotan dalam kualitas berbahasanya.

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai pentingnya bahasa Indonesia di Lingkungan formal. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh (Hilala, 2024) Tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh Hilala ialah untuk mengetahui: 1) Pemahaman bahasa, 2) Kursus bahasa Indonesia bagi mahasiswa, 3) Pentingnya bahasa Indonesia di perguruan tinggi, 4) Tujuan dan manfaat kursus bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan, yang menjadi pedoman tidak hanya untuk mempersiapkan dan menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi ilmiah, tetapi juga untuk memperdalam bahasa dalam berkomunikasi dan melestarikannya oleh penutur aslinya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan ialah peneitian ini membahas mengenai pentingnya bahasa Indonesia dalam perguruan tinggi sedangkan penelitian yang akan dilakukan akan membahasa mengenai pentingnya bahasa Indonesia pada tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Hutagalung et al., 2024) yang membahas mengenai tingkat kemampuan peserta didik dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik pada pelajaran Matematika khususnya materi himpunan. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengukur pemahaman siswa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan mengukur pemahaman siswa mengenai pemahaman elemen dalam materi himpunan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan ialah penelitian ini menitikberatkan pentingnya bahasa Indonesia dalam Pembelajaran lain yaitu matematika sedangkan penelitian yang akan dilakukan membahas mengenai anggapan peserta didik bahwa Bahasa Indonesia tidak penting baik itu dalam pembelajaran dan praktiknya. Selanjutnya (Rostina, 2024) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahasa Indonesia penting dipelajari, karena Bahasa Indonesia adalah Bahasa pemersatu, pedoman penyususnan dan penggunaan Bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi ilmiah, serta untuk mendalami Bahasa dalam berkomunikasi dan untuk dilestarikan oleh penutur aslinya. Etika berbahasa ini sangat erat berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Dengan menggunakan bahasa dengan memperhatikan etika berbahasa maka pribadi seseorang akan dikatakan baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian ini membahas secara keseluruhan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia dalam pendidikan formal.

Merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya, pentingnya Pembelajaran Bahasa Indonesia disetiap kalangan, lingkungan dan sarana sangat penting, namun belum bisa berjalan dengan sempurna. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meningkatkan kesadaran dan minat peserta didik terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif bagi peserta didik dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Indonesia. Maka dari itu perlu dilakukan upaya dalam meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP agar peserta didik dapat mahir dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.

Jenis penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut (Emzir, 2020) secara alternatif, pendekatan kualitatif menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan kontruktivisit, sosial, dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu suatu teori.  Penelitian ini menguraikan data hasil penelitian yang diperoleh dari angket Pandangan Siswa terhadap Pentingnya Bahasa Indonesia dan Minat dalam Pembelajaran. Berdasarkan fokus penelitian yaitu upaya meningkatkan kesadaran peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia maka data penelitian diperoleh menggunakan angket. Angket tersebut ditampilkan pada pada platform google form untuk memudahkan akses penyebaran kepada peserta didik.

 Selanjutnya instrumen dibuat berdasarkan kriteria yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yang ditinjau dari persepsi tentang pentingnya bahasa Indonesia, minat terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia, Faktor penghambat dan pendukung minat belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tahapan yang dilakukan yaitu (1) analisis kebutuhan yaitu dengan mengumpulkan berbagai informasi terkait pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP; (2) Perancangan dan pengembangan angket penelitian serta strategi dalam menghadapi masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1) Penelitian akan dilakukan di SMP 3 Mandau yang merupakan salah satu SMP Favorit dengan akreditasi A di Duri, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Populasi data adalah peserta didik di SMP 3 Mandau, yakni kelas VIII dengan jumlah 272 Peneliti memilih kelas VIII.5 dengan jumalah siswa sebanyak 31 sebagai sempel penelitian; (2) Angket respon tersebut memuat mengenai masalah yang akan dipecahkan melalui upaya meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan jumlah pertanyaan 11 pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian yaitu (A) Persepsi tentang Pentingnya Bahasa Indonesia (B) Minat terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan (C) Faktor Penghambat dan Pendukung Minat Belajar Bahasa Indonesia (2) Kemudian dilakukan wawancara terhadap 10 orang peserta didik untuk mengetahui latar belakang pengisian angket yang bertujuan untuk memvalidasi data yang sudah diisi dalam bentuk angket. Setelah itu dapat ditentukan metode ajar seperti apa yang dapat digunakan oleh tenaga pendidik menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada pada peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana minat peserta terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dan yang melatbelakangi kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Kemudian, mencari upaya terhadap permasalahan yang timbul karena kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

Persepsi Peserta Didik terhadap Pentingnya Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia penting dilakukan karena sejatinya Bahasa Indonesia akan tetap ada dan terus digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam dunia pekerjaan, serta kegiatan lainnya yang membutuhkan komunikasi antar sesamanya. Karena bahasa Indonesia ialah bahasa nasional negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat (Hidayah, 2015) yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Tabel 1. Persepsi Peserta Didik

No

Pertanyaan

Jumlah Responden

SP

(%)

P

(%)

CP

(%)

KP

(%)

TP

(%)

Jumlah

1.

Menurut Anda, seberapa penting Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari?

31

22,6%

19,4%

3,2%

51,6%

3,2%

100%

Keterangan:

SP        = Sangat penting

P          = Penting

CP       = Cukup penting

KP       = Kurang penting

TP       = Tidak penting

No

Pernyataan

Jumlah Responden

SS

(%)

S

(%)

KS

(%)

TS

(%)

STS

(%)

Jumlah

2.

Saya merasa Bahasa Indonesia bermanfaat untuk masa depan saya

31

16,1%

45,2%

35,5%

-

3,25%

100%

3.

Bahasa Indonesia membantu saya untuk lebih memahami budaya Indonesia.

31

19,4%

35,5%

35,5%

9,7%

-

100%

4.

Menurut saya, belajar Bahasa Indonesia sama pentingnya dengan belajar bahasa lainnya

31

19,4%

12,9%

32,3%

19,4%

16,1%

100%

Keterangan:

SS        = Sangat setuju

S          = Setuju

KS       = Kurang Setuju

TS       = Tidak setuju

STS     = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 1. Terlihat bahwa dari 31 responden yang menjawab sebanyak 22,6% atau sekitar 7 peserta didik menganggap Bahasa Indonesia sangat penting. 19,4% atau sekitar 6 peserta didik memilih bahwa Bahasa Indonesia sangat penting. Sekitar 3.2% atau sekitar 1 dari 31 peserta didik merasa bahwa bahasa Indonesia cukup penting. Mayoritas memilih kurang penting atau sekitar 51,6% dan sekitar 3,2% merasa bahwa bahasa Indonesia tidak penting. Lebih dari separuh peserta didik (51,6%) merasa Bahasa Indonesia kurang penting dalam kehidupan sehari-hari, dan tambahan 3,2% merasa tidak penting. Hal ini menunjukkan adanya persepsi rendah terhadap peran Bahasa Indonesia di kalangan sebagian besar peserta didik. Dalam wawancara yang dilakuan peneliti kepada salah satu responden (FA) menyampaikan alasannya menganggap bahasa Indonesia kurang penting karena bahasa Indonesia ialah bahasa yang tidak harus dipelajari lewat proses pembelajaran. Menurut (FA) ia biasa berkomunikasi dengan orang disekitarnya dengan bahasa daerahnya baik di lingkungan formal maupun non formal. Karena mayoritas orang-orang di lingkungan (FA) berbahasa daerah dari ia kecil dan menurutnya itu bukan sesuatu yang salah. Bahkan menurutnya jika ia memakai bahasa Indonesia untu komunikasi sehari-hari akan ada saja yang mencemoohnya dengan perkataan “ngapain pakai bahasa Indonesia, toh saya lahir dari suku dan budaya yang ada disini kok”. Jadi dapat disimpulkan lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam perspektif peserta didik yang menganggap bahasa Indonesia kurang penting. Meskipun begitu, masih ada 22,6% yang menganggapnya sangat penting dan 19,4% yang merasa penting, menunjukkan adanya sebagian peserta didik yang memiliki apresiasi tinggi terhadap pentingnya Bahasa Indonesia. Data ini mengindikasikan bahwa mayoritas peserta didik tidak merasa Bahasa Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang mungkin menunjukkan kurangnya kesadaran atau apresiasi terhadap bahasa nasional.

Berdasarkan tabel di atas, persepsi peserta didik mengenai manfaat dan pentingnya Bahasa Indonesia bervariasi. Untuk pernyataan "Saya merasa Bahasa Indonesia bermanfaat untuk masa depan saya," sebanyak 61,3% responden menyatakan setuju atau sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik menyadari manfaat Bahasa Indonesia bagi masa depan mereka, meskipun masih ada 35,5% yang merasa kurang setuju dan 3,25% yang sangat tidak setuju. Dalam sesi wawancara yang telah dilakukan salah satu peserta didik (AV) memang mengakui bahwa ketika di dunia kerja mereka memerlukan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Menurutnya, pada lingkungan kerja ia tidak hanya bertemu dengan orang-orang yang memiliki budaya yang sama dengannya, melainkan bertemu dengan banyak orang baru yang tentunya dengan berbagi keragaman budaya, serta menurutnya lingkungan kerja ialah lingkungan formal yang tidak bisa disamakan dengan lingkungan non formal. Hal ini sejalan dengan pendapat (Firmansyah et al., 2024) yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang formal juga mengacu pada berjalannya kegiatan komunikasi kantor, jika bahasa yang digunakan baik maka akan menghasilkan dampak yang baik juga untuk kantor. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia akan sangat bermanfaat bagi peserta didik bukan hanya untuk hari ini, namun juga dimasa yang akan datang.

Pada pernyataan ketiga, yaitu "Bahasa Indonesia membantu saya untuk lebih memahami budaya Indonesia," sebanyak 54,9% peserta didik setuju atau sangat setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari separuh responden menganggap Bahasa Indonesia membantu mereka memahami budaya Indonesia, meskipun 35,5% merasa kurang setuju dan 9,7% tidak setuju. Dalam sesi wawancara yang sudah di lakukan (RP) menyatakan bahwa ia setuju dengan penyataan bahasa Indonesia membantu untuk memahami budaya di Indonesia, karena menurutnya budaya di Indonesia sangat beragam dan bahasa daerah di Indonesia juga sangat beragam, tentunya ia tidak dapat mempelajari hal tersebut tanpa bantuan bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia menjadi alternatif untuk menghubungkan berbagai kebudayaan di Indonesia mengingat ada sekitar 718 bahasa daerah di Indonesia (Hadiwijaya et al., 2023). Namun di sisi lain (NA) saat diwawancarai mengungkapkan bahwa ia kurang setuju dengan penyataan bahasa Indonesia membantunya untuk lebih memahami budaya di Indonesia. Karena baginya, ia tidak berminat mempelajari ragam budaya di Indonesia. Menurut (NA) ia sudah cukup memahami budaya lokal yang ada di daerahnya saja.

Sementara itu, untuk pernyataan keempat "Menurut saya, belajar Bahasa Indonesia sama pentingnya dengan belajar bahasa lainnya," hanya 32,3% responden yang setuju atau sangat setuju. Sebanyak 32,3% lainnya merasa kurang setuju, dan 35,5% lainnya bahkan tidak setuju atau sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan adanya pandangan yang cukup beragam di kalangan peserta didik, di mana sebagian besar merasa bahwa Bahasa Indonesia mungkin tidak memiliki tingkat kepentingan yang setara dengan bahasa lain. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat kesadaran akan manfaat Bahasa Indonesia, ada juga keraguan di kalangan peserta didik terhadap nilai pentingnya, terutama jika dibandingkan dengan bahasa asing. Dalam sesi wawancara salah satu peserta didik (ZH) menyampaikan pendapatnya bahwa ia sebenarnya tidak perlu belajar Bahasa Indonesia sedalam ia mempelajari bahasa lainnya. Karena baginya bahasa Indonesia ialah bahasa yang ia dapat dari ia kecil, jadi ia sudah cukup mahir dan tidak perlu belajar lebih lanjut. Namun menurutnya, ia perlu mempelajari bahasa lainnya lebih lanjut karena bagi (ZH) itu adalah pengetahuan baru yang akan menambah wawasannya. Namun di sisi lain (RA) menyatakan bahwa ia sangat setuju bahwa bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari lebih lanjut. Karen menurutnya bahasa Indonesia yang ia kuasai masih terdapat banyak kekurangan dalam lisan maupun tulisan. Menurut (RA) ia ingin mempelajari secara mendalam mengenai Bahasa Indonesia karena itu adalah bahasa Nasional yang harus dilestarikan. Dalam hal ini, beragam pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia sangat penting dan setara dengan bahasa lainnya untuk terus diperlajari. Namun juga ada sebagaian peserta didik yang tidak setuju dengan penyataan tersebut karena menurut mereka, mereka sudah mahir berbahasa dan tidak perlu memperlajari bahasa Indonesia lebih lanjut mengingat materi bahasa Indonesia di SMP tidak mengajarkan bagaimana Bahasa Indonesia yang baik namun hanya membahasa kalimat-kalimat yang membosankan menurut mereka.

Minat terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran abad 21 menekankan pada kognitif peserta didik untuk menjadi generasi emas 2045. Peserta didik diharuskan memiliki sejumlah modal, seperti kemampuan berpikir kritis, literasi, dan berpikir komputasional. Modal tersebut disesuaikan dengan perkembangan zaman dan proyeksi kehidupan pada masa depan (Hadi Nugroho & Romadhon, 2022). Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menarik minat peserta didik. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu bersaing di era teknologi seperti sekarang ini tentunya pembelajaran bahasa Indonesia yang disajikan haruslah dengan rancangan yang menarik agar menaikkan minat peserta didik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia yang sebelumnya peserta didik memiliki pandangan bahwa “bahasa Indonesia itu membosankan”.

Tabel 2. Minat Peserta Didik terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

No

Pernyataan

Jumlah Responden

SS

(%)

S

(%)

KS

(%)

TS

(%)

STS

(%)

Jumlah

1.

Saya selalu bersemangat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.

31

19,4%

19,4%

41,9%

6,5%

12,9%

100%

2.

Saya merasa materi yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia menarik dan relevan.

31

19,4%

19,4%

29%

16,1%

19,4%

100%

3.

Guru Bahasa Indonesia saya mengajarkan pelajaran dengan cara yang menarik.

31

16,1%

19,4%

45,2%

9,7%

9,7%

100%

Keterangan:

SS        = Sangat setuju

S          = Setuju

KS       = Kurang Setuju

TS       = Tidak setuju

STS     = Sangat tidak setuju

           

Berdasarkan Tabel 2 mengenai minat peserta didik terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia, terlihat bahwa antusiasme peserta didik bervariasi. Pada pernyataan pertama, yaitu "Saya selalu bersemangat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia," sebanyak 38,8% responden setuju atau sangat setuju. Namun, sebagian besar responden (41,9%) memilih kurang setuju, dan sisanya, 6,5% memilih tidak setuju serta 12,9% sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat semangat peserta didik untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia masih relatif rendah, dengan sebagian besar merasa kurang bersemangat. Dalam sesi wawancara yang telah dilakukan (DE) menyampaikan bahwa ia tidak bersemangat dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena ia merasa bosan terus-menerus bertemu dengan huruf dan kalimat yang memaksanya terus-menerus untuk membaca. Hal ini relevan dengan pendapat (Sari et al., 2020) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia diduga karena rendahnya minat membaca siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa peserta didik merasa bosan dengan terus-menerus membaca dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diharapkan peran guru untuk mengambil langkah penting yakni untuk memvariasikan metode dan cara belajar dalam proses belajar mengajar agar peserta didik dapat bersemangat dalam pembelajaran.

Pernyataan kedua, "Saya merasa materi yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia menarik dan relevan," menunjukkan respon yang cukup beragam. Sebanyak 38,8% peserta didik setuju atau sangat setuju bahwa materi pelajaran menarik dan relevan. Namun, 29% merasa kurang setuju, dan sisanya, 16,1% tidak setuju serta 19,4% sangat tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa meskipun ada responden yang tertarik pada materi pelajaran, banyak peserta didik yang tidak merasa materi Bahasa Indonesia menarik atau relevan. Dalam wawancara yang telah dilakukan salah satu peserta didik (HR) menyampaikan pendapatnya bahwa ia ingin pembelajaran yang dapat ia aplikasikan di dunia nyata maksudnya ialah relevan dengan kenyataan sehari-hari. Sehingga semua dapat merasakan bahwa pembelajaran tersebut menarik bagi anak seusia mereka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik menginginkan pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata namun masih banyak materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tidak bersinggungan dengan anak seusia mereka.

Untuk pernyataan ketiga, "Guru Bahasa Indonesia saya mengajarkan pelajaran dengan cara yang menarik," hanya 35,5% responden yang setuju atau sangat setuju. Sebaliknya, mayoritas peserta didik, yaitu 45,2%, merasa kurang setuju, sementara 9,7% lainnya tidak setuju dan 9,7% sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik tidak merasa bahwa cara mengajar guru mereka cukup menarik untuk menumbuhkan minat mereka dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Secara keseluruhan, data diatas mengindikasikan bahwa minat peserta didik terhadap pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang. Faktor-faktor seperti metode pengajaran dan relevansi materi tampaknya mempengaruhi antusiasme mereka terhadap pelajaran ini. Menurut (Nursyaidah, 2014) Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-citanya serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya itu. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi tenaga pendidik untuk menyusun startegi dalam menghadapi peserta didik yang memiliki beragam kebutuhan pada proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat (Putu et al., 2021) yang menyatakan bahwah kompetensi guru tidak statis, tetapi selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan zaman, maka agar tetap berkualitas di era society 5.0 menuju generasi emas Indonesia tahun 2045.

Faktor Pendukung dan Penghambat Minat Belajar Bahasa Indonesia

Faktor pendukung adalah faktor yang menunjang atau bersifat untuk ikut serta dalam mendukung suatu kegiatan (Rambe et al., 2022). Pendapat tersebut juga berlaku dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia faktor yang membutuhkan peserta didik di dalam proses tersebut. Faktor pendukung minat belajar bahasa Indonesia peserta didik bisa didapat dari dalam maupun luar diri peserta didik. Selain faktor pendukung tentunya pasti ada faktor penghambat dalm proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Faktor penghambat tersebut dapat terjadi juga dari dalam maupun luar diri peserta didik. Hal ini yang mengharuskan guru sebagai pemandu dalam proses pembelajaran berkontribusi untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran agar minat peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang menurut mereka membosankan dapat berubah menjadi pembelajaran yang asyik dan menyenangkan.

Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Minat Belajar Bahasa Indonesia

No.

Pernyataan

Jumlah Responden

SS

(%)

S

(%)

KR

(%)

TS

(%)

STS

(%)

Jumlah

1.

Saya merasa Bahasa Indonesia sulit dipelajari dibandingkan pelajaran lain.

31

48,8%

19,4%

9,7%

9,7%

12,9%

100%

2.

Menurut saya, pelajaran Bahasa Indonesia kurang menarik karena lebih banyak teori dari pada praktek.

31

32,2%

29%

3,2%

22,6%

12,9%

100%

3.

Saya merasa lebih termotivasi belajar Bahasa Indonesia jika materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

31

77,4%

22,6%

-

-

-

100%

4.

 Saya lebih bersemangat jika pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media kreatif, seperti video atau games.

31

77,4%

22,6%

-

-

-

100%

Keterangan:

SS        = Sangat setuju

S          = Setuju

KS       = Kurang Setuju

TS       = Tidak setuju

STS     = Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 3 mengenai faktor penghambat dan pendukung minat belajar Bahasa Indonesia, ditemukan beberapa poin penting yang memengaruhi minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran ini. Pertama, sebagian besar responden, yaitu 48,8% sangat setuju dan 19,4% setuju bahwa Bahasa Indonesia sulit dipelajari dibandingkan pelajaran lain. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi tentang sulitnya mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat menjadi penghambat bagi siswa untuk berminat lebih dalam mempelajarinya. Salah satu peserta didik (SA) saat di wawancarai memberikan pendapatnya terkait penyataan tersebut ia menyampaikan pendapatnya bahwa materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat luas cakupannya sehingga sulit untuk dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Apalagi tersedia teks-teks panjang yang harus dibaca berulang kali agar menemukan pertanyaan dari soal-soal yang tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik kesulitan memahami materi ajar bahasa Indonesia karena materi yang disediakan sangat kompleks untuk dipahami peserta didik.

Kedua, sebanyak 32,2% responden sangat setuju dan 29% setuju bahwa pelajaran Bahasa Indonesia kurang menarik karena lebih banyak teori dibandingkan praktik. Ini mengindikasikan bahwa pendekatan yang lebih teoritis dalam pengajaran Bahasa Indonesia mungkin mengurangi daya tarik bagi siswa, dan mereka mungkin akan lebih termotivasi jika pembelajaran lebih banyak melibatkan aspek praktis. (NB) saat di wawancari menyampaikan pendapatnya mengenai penyataan tersebut, ia salah satu individu yang memilih sangat setuju untuk pendapat tersebut. Menurutnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia perlu adanya aspek penunjang dalam proses pembelajaran misalnya, ketika sampai pada materi mungkin bisa diselingi dengan praktik-praktik kecil yang membuat peserta didik ikut terjun langsung dalam pelaksanaanya dan membuat mereka berpikir secara optimat. Hal ini juga membuat mereka bisa berinteraksi dengan teman sekelas yang membuat pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Ketiga, sebanyak 77,4% responden sangat setuju dan 22,6% setuju bahwa mereka lebih termotivasi belajar Bahasa Indonesia jika materi yang disampaikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Temuan ini menunjukkan bahwa relevansi materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan minat belajar siswa. Menurut (Savira et al., 2018) metode ceramah interaktif juga dikenal dengan metode praktis, sebab bisa mengaitkan fenomena kehidupan sehari-hari dan membuat siswa jadi lebih mudah untuk memahami. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode ceramah untuk membangkitkan minat peserta didik. Guru dituntut untuk dapat memberikan stimulus pada peserta didik dengan mengaitkan materi ajar dengan kehidupan peserta didik.

Terakhir, sebesar 77,4% responden sangat setuju dan 22,6% setuju bahwa penggunaan media kreatif seperti video atau games dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membuat mereka lebih bersemangat. Penggunaan teknologi dan media interaktif ini dapat menjadi faktor pendukung yang signifikan untuk meningkatkan minat peserta didik dalam belajar Bahasa Indonesia.  Menurut (Tria Rahayu et al., 2023) Iptek memberikan peluang baru dalam proses pembelajaran dengan memperluas akses terhadap informasi, meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, serta memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan menarik. Secara keseluruhan, agar minat belajar Bahasa Indonesia meningkat, diperlukan pendekatan yang lebih praktis, relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan memanfaatkan media kreatif dalam proses pembelajarannya.

Upaya Peningkatan Minat Belajar Bahasa Indonesia pada Peserta Didik Tingkat SMP

Untuk meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VIII.5 SMP 3 Mandau yang berjumlah 31 orang, dilakukan beberapa upaya yang meliputi peningkatan relevansi materi, penggunaan metode pembelajaran kreatif, pengembangan keterampilan praktis, dan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa strategi yang dilakukan peneliti terhadap kelas VIII.5:

  1. Mengaitkan Materi dengan Kehidupan Sehari-hari

Salah satu cara efektif untuk meningkatkan minat belajar adalah dengan membuat materi Bahasa Indonesia lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Peneliti melakukan percobaan dengan menerapkan metode ceramah yang dilakukan dengan mengaitkan dengan pengalaman pribadi peserta didik. Pada materi Bab III “Membuat Iklan, Slogan dan Poster” di buku cetak Bahasa Indonesia edisi kurikulum merdeka untuk SMP Kelas VIII. Peneliti melakukan metode ceramah dengan menanyakan kepada peserta didik “apakah kamu pernah melihat iklan di jalanan atau ketika menonton TV apakah kalian pernah melihat ada iklan di sela program kesayangan yang kalian nonton?” hal in tentunya membuat peserta didik merasa bahwa hal itu pernah ia rasakan dan itu sangat relevan dengan kehidupan yang ia lewati. 

 

 

  1. Menggunakan Metode Pembelajaran yang Kreatif dan Interaktif

Kemudian guru dapat menggabungkan beberapa menggunakan metode pembelajaran yang kreatif, seperti role-playing, diskusi kelompok, dan proyek kolaboratif, dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Misalnya dalam pada materi Bab III “Membuat Iklan, Slogan dan Poster” guru dapat membagi kelompok untuk membuat proyek kolaboratif dengan membebaskan kepada peserta didik apa yang ingin mereka lakukan dengan kesepakatan kelompok. Setiap kelompok dibebaskan untuk memilih apa yang ingin mereka kerjakan membuat iklan, slogan atau poster. Hal ini tentunya akan menimbulkan motivasi terhadap peserta didik untuk memunculkan kekreativitasanya dan bekerja sama dengan tim untuk merancang serta menyelesaikan proyek kolaboratif entah itu berbasi digital ataupun berbasis kertas. Menurut (Febriana, 2022) Pembelajaran Inovatif dan kreatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang oleh guru yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasa dilakukan, dan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa

  1. Memanfaatkan Teknologi dan Media Digital

Teknologi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru bisa menggunakan video, audio, atau aplikasi pembelajaran bahasa yang interaktif agar materi lebih menarik. Selain itu, menggunakan platform seperti YouTube atau aplikasi belajar berbasis ilmu pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat melakukan pencarian dari berbagai macam sumber mulai dari video, atau gambar bergerak untuk merealisasikan atau memberikan gambaran pada peserta didik sesuai materi yang sedang diajar yaitu “Membuat Iklan, Slogan dan Poster”. Menayangkan video iklan, iklan dalam bentuk gambar, poster yang menarik dan slogan-slogan yang memancing stimulus bagi peserta didik. Hal ini akan memberikan pandangan yang spesifik terhadap materi yang sedang diajarkan dan memberikan bayangan untuk menimbulkan kretifitas peserta didik dalam mengembangkan iklan, slogan dan poster. Hal ini sejalan dengan pendapat (Nurfadhillah et al., 2021) Media audio visual memberikan banyak stimulus kepada siswa, karena sifat audio visual itu suara dan gambar. Audio visual memperkaya lingkungan belajar, memelihara eksplorasi, eksperimen dan penemuan, dan mendorong siswa untuk mengembangkan pembicaraan dan mengungkapkan pikirannya. Penerapan Kooperatif berbasis konstruktivisme yang dipadukan video animasi yang dilakukan peneliti dapat memberikan inspirasi siswa mengenai keterkaitan materi ajar dengan keadaan di sekitar kehidupan siswa (Imamah, 2012)

  1. Memberikan Umpan Balik Positif dan Membangun Motivasi Internal

Guru juga perlu memberikan umpan balik positif atas pencapaian siswa, sekecil apa pun itu, untuk membangun motivasi internal mereka. Dengan merasa dihargai, siswa akan lebih termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka. Umpan balik yang konstruktif dan positif juga dapat membantu mereka mengidentifikasi kekurangan tanpa merasa tertekan. Merupakan hal yang penting bagi guru untuk membantu siswa membangun motivasi intrinsik dengan menstimulasi keikhlasan hatinya untuk mempelajari sesuatu agar hasil belajarnya lebih positif dan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya (Emda, 2018) dalam (Lutfiwati, 2020). Dengan menerapkan upaya-upaya tersebut, diharapkan minat belajar Bahasa Indonesia pada peserta didik tingkat SMP dapat meningkat. Hal ini tidak hanya akan membuat pembelajaran lebih efektif, tetapi juga membantu siswa memahami pentingnya Bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas budaya dan alat komunikasi yang kuat.

KESIMPULAN

Anggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia tidak penting adalah pandangan yang kurang tepat dan perlu perhatian khusus atas masalah ini. Bahasa Indonesia bukan sekadar mata pelajaran, tetapi juga bagian esensial dari identitas nasional dan alat komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik membantu siswa dalam berpikir kritis, berkomunikasi efektif, memahami budaya bangsa, serta menyerap ilmu dari berbagai bidang. Selain itu, kemampuan berbahasa yang baik sangat penting dalam dunia kerja dan pendidikan lanjutan. Dengan berbagai strategi pembelajaran yang relevan, kreatif, dan interaktif, pelajaran Bahasa Indonesia bisa menjadi menarik dan lebih bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, bukan pelajarannya yang tidak penting, tetapi metode pengajarannya yang perlu terus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik agar lebih bermakna dan menarik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Emzir. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Edisi Revi). Rajawali Pers.

Febriana, D. M. (2022). Mengembangkan Model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif di Sekolah Dasar. Journal of Practice Learning and Educational Development, 2(4), 149–154. https://doi.org/10.58737/jpled.v2i4.70

Firmansyah, F., Rachma, G. A., Sanjaya, F. N., Dwi, V., Aprilia, P., Kurnia, T. A., & Rizkyanfi, W. (2024). Optimalisasi Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Bisnis Dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Di Lingkungan Perkantoran. Jurnal Pengembangan Pendidikan, 8(4), 4–9.

Hadi Nugroho, F., & Romadhon, S. (2022). Minat Peserta Didik MTsN 3 Banyuwangi dalam Gim Blooket pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan Dan Keagamaan, 10(2), 153–162. https://doi.org/10.36052/andragogi.v10i2.299

Hadiwijaya, M., Sulistiono, E., Budiono, D., & Mistianah, M. (2023). Sosialisasi Program Konservasi dan Revitalisasi Bahasa Daerah melalui Aplikasi Nusantara in Your Hand. Anfatama: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 1–5.

Hidayah, N. (2015). Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 2(2), 190–204. https://doi.org/10.37676/mude.v1i3.2483

Hilala, F. (2024). Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Abdima Dejurnal, 1(4), 181–189. https://abdima.e-jurnal.web.id

Hutagalung, T., Manik, R., Harahap, A., Hadriana, S., Matematika, P., & Matematika dan, F. (2024). Pentingnya Kemampuan Bahasa Indonesia yang Baik dalam Pelajaran Matematika Mengenai Materi Himpunan Ditingkat SMP. 8, 14146–14154.

Imamah, N. (2012). Peningkatan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif berbasis konstruktivisme dipadukan dengan video animasi materi sistem kehidupan tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), 32–36. https://doi.org/10.15294/jpii.v1i1.2010

Khoiruman, M. (2021). Analisis Hambatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Kajian Linguistik, 9(2), 51–62. https://doi.org/10.35796/kaling.9.2.2021.38949

Lutfiwati, S. (2020). Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 10(1), 54–63. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh

Maghfiroh, N. (2022). Bahasa Indonesia sebagai Alat Komunikasi Masyarakat dalam Kehidupan Sehari-hari. Komunikologi: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19(02), 102–107. https://komunikologi.esaunggul.ac.id/index.php/KM/article/view/516

Nurfadhillah, S., Fadhilatul Barokah, S., Nur’alfiah, S., Umayyah, N., Yanti, A. A., & Tangerang, U. M. (2021). Pengembangan Media Audio Visual pada Pembelajaran Matematika di Kelas 1 Mi Al Hikmah 1 Sepatan. PENSA : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1), 149–165. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa

Nursyaidah, N. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik. Forum Faedagogik, KhususJuli, 70–79. https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/JP/article/view/446/418

Putu, N., Parwati, Y., & Pramartha, N. B. (2021). Strategi Guru Sejarah Dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan Indonesia Di Era Society 5.0. Widyadari, 22(1), 143–158. https://doi.org/10.5281/zenodo.4661256

Rambe, S. D. S., Manurung, P., & Syarqawi, A. (2022). Faktor Pendukung dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Siswa di SMP IT Bunayya Padang Sidimpuan. Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Konseling Islam, 4(1), 1–10.

Rostina, R. (2024). Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Alat Komunikasi. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 1(April), 188–191. https://doi.org/https://doi.org/10.5281/zenodo.13285281

Santi, V. M., Azzahra, S., & Siregar, D. (2022). Analisis Skor Literasi Membaca Siswa Indonesia Menggunakan Linier Mixed Models. MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology, 7(2), 116. https://doi.org/10.30651/must.v7i2.14420

Sari, M. Z., Gunawan, A., Fitriyani, Y., & Hilaliyah, N. (2020). Pengaruh Minat Baca Siswa Terhadap Hasil Belajar pada Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Ciporang. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 4(2), 197. https://doi.org/10.20961/jdc.v4i2.42137

Savira, A. N., Fatmawati, R., Z, M. R., & S, M. E. (2018). Peningkatan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Ceramah Interaktif. Journal Focus Action of Research Mathematic (Factor M), 1(1), 43–56. https://doi.org/10.30762/factor_m.v1i1.963

Syaadah, R., Ary, M. H. A. A., Silitonga, N., & Rangkuty, S. F. (2023). Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal Dan Pendidikan Informal. Pema (Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat), 2(2), 125–131. https://doi.org/10.56832/pema.v2i2.298

Tria Rahayu, I., Pramuswari, M. F., Santya, M., Oktariani, R., & Fatimah, S. (2023). Analisis Hasil Pengaruh Perkembangan Iptek Terhadap Hasil Belajar Siswa Sd/Mi. HYPOTHESIS : Multidisciplinary Journal Of Social Sciences, 2(01), 97–110. https://doi.org/10.62668/hypothesis.v2i01.645

Wahyuni, N. (2018). Analisis Dasar Hukum Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), 77. https://doi.org/10.33760/jch.v4i1.91

 

 

Komentar