Membedah
Anggapan bahwa Bahasa Indonesia Tidak Penting: Upaya
Meningkatkan Kesadaran dan Minat Peserta Didik dalam Pembelajaran
Mukminati
Zulfa
Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pascasarjana,
Universitas PGRI Semarang
PENDAHULUAN
Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh makhluk sosial untuk berkomunikasi
antar sesamnya. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa penghubung diantara
keberagaman suku bangsa di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat (Maghfiroh, 2022)
yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu,
bahasa Indonesia juga menjadi alat komunikasi yang mampu mempersatukan berbagai
keberagaman yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai
peranan fundamental dalam proses komunikasi masyarakat yang ada di Indonesia.
Tanpa adanya bahasa Indonesia, masyarakat tidak dapat berkomunikasi dengan baik
mengingat banyaknya suku dan budaya yang ada di Indonesia. Seiring perkembangan
zaman bahasa Indonesia mulai kekurangan eksistensinya di Masyarakat. Tidak
sedikit dari masyarakat yang mulai berfikir bahwa bahasa Indonesia itu sesuatu
yang bahkan tidak perlu dilestarikan dan dijaga keberadaanya. Padahal bahasa Indonesia
ialah bahasa nasional bagi rakyat Indonesia. Pada UUD 1945 bab 15 pasal 36
menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing
maupun dari bahasa daerah di Indonesia (Wahyuni, 2018).
Pada
daerah-daerah tertentu Bahasa Indonesia mengalami kemerosotan penggunaan.
Masyarakat di lingkungan tertentu berfikir bahwa mereka dapat menggunakan
bahasa daerah yang ada dan tidak perlu mempelajari dan menggunakan bahasa
Indonesia dimanapun mereka berada mengingat mereka memiliki etnis yang sama.
Penggunaan bahasa daerah sebenarnya tidak dilarang namun, si pengguna harus
memperhatiakan situasi dan kondisi saat penggunaanya. Misalnya di lingkungan
formal, seluruh partisipan yang ada pada lingkungan tersebut harus menggunakan
bahasa Indonesia agar memudahkan pemahaman dan komunikasi antar indvidu,
menjaga kesopanan dan profesionalisme, serta menjaga keutuhan dan keberlanjutan
bahasa Indonesia.
Sekolah
merupakan salah satu bentuk dari lingkungan formal. Menurut (Syaadah et al., 2023)
Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan melalui jalur pendidikan di
sekolah-sekolah. Jalur ini memiliki jenjang pendidikan yang runtut dan jelas.
Pendidikan formal, dimulai dari pendidikan dasar, berlanjut ke menengah hingga
pendidikan tinggi. Sekolah memiliki fungsi sebagai tempat untuk menimba ilmu
pengetahuan, sosial, keagamaan, dan tentunya membentuk moral peserta didik.
Peserta didik juga diajarkan menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Di lingkungan sekolah, peserta didik wajib menggunakan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, karena lingkungan sekolah ialah
lingkungan formal dan tentunya pada lingkup ini tidak hanya ada satu suku dan
budaya, melainkan beragam yang menuntut peserta didik harus berbahasa Indonesia.
Hal ini bertujuan agar komunikasi antar guru, peserta didik, dan individu yang
ada di lingkungan sekolah berjalan dengan baik.
Pada
kenyataanya, banyak individu dalam lingkungan sekolah yang masih kurang
memperhatikan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan formal. Di
kalangan peserta didik, sering kali muncul anggapan bahwa Bahasa Indonesia
adalah mata pelajaran yang kurang penting. Banyak siswa menganggap bahwa
mempelajari Bahasa Indonesia tidak memberikan nilai tambah yang nyata. Artikel
ini akan membahas lebih dalam mengenai anggapan tersebut dan upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran serta minat siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia. Menurut (Khoiruman, 2021; Sari et al., 2020)
Di lingkungan sekolah, kurangnya minat membaca dan pemahaman bahasa Indonesia
yang kurang kuat sering kali menjadi kendala dalam mencapai hasil belajar yang
optimal dalam bahasa Indonesia. Penelitian di beberapa sekolah dasar di
Indonesia mengidentifikasi bahwa kurangnya sumber daya yang relevan,
keterbatasan metode pembelajaran, dan kurangnya keterlibatan siswa juga menjadi
hambatan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Taraf penggunaan bahasa Indonesia
di lingkungan sekolah masih menjadi permasalahan yang belum usai, terutama
dalam hal literasi peserta didik. Berdasarkan survei PISA 2022, literasi
membaca siswa Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dengan skor 359
poin, dibandingkan dengan skor 371 pada tahun 2018 (Santi et al., 2022).
Hal ini membuat Indonesia mengalami kemerosotan dalam kualitas berbahasanya.
Beberapa
peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai pentingnya bahasa
Indonesia di Lingkungan formal. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh (Hilala, 2024)
Tujuan dari penelitian yang di lakukan oleh Hilala ialah untuk mengetahui: 1)
Pemahaman bahasa, 2) Kursus bahasa Indonesia bagi mahasiswa, 3) Pentingnya
bahasa Indonesia di perguruan tinggi, 4) Tujuan dan manfaat kursus bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan, yang
menjadi pedoman tidak hanya untuk mempersiapkan dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar dalam komunikasi ilmiah, tetapi juga untuk memperdalam bahasa
dalam berkomunikasi dan melestarikannya oleh penutur aslinya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan ialah peneitian ini
membahas mengenai pentingnya bahasa Indonesia dalam perguruan tinggi sedangkan
penelitian yang akan dilakukan akan membahasa mengenai pentingnya bahasa
Indonesia pada tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP). Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh (Hutagalung et al., 2024)
yang membahas mengenai tingkat kemampuan peserta didik dalam menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik pada pelajaran Matematika khususnya materi himpunan. Ruang
lingkup penelitian ini adalah mengukur pemahaman siswa menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan mengukur pemahaman siswa mengenai pemahaman elemen
dalam materi himpunan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang
dilakukan ialah penelitian ini menitikberatkan pentingnya bahasa Indonesia
dalam Pembelajaran lain yaitu matematika sedangkan penelitian yang akan
dilakukan membahas mengenai anggapan peserta didik bahwa Bahasa Indonesia tidak
penting baik itu dalam pembelajaran dan praktiknya. Selanjutnya (Rostina, 2024)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahasa Indonesia penting dipelajari,
karena Bahasa Indonesia adalah Bahasa pemersatu, pedoman penyususnan dan
penggunaan Bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi ilmiah, serta untuk
mendalami Bahasa dalam berkomunikasi dan untuk dilestarikan oleh penutur
aslinya. Etika berbahasa ini sangat erat berkaitan dengan pemilihan kode
bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam satu
masyarakat. Dengan menggunakan bahasa dengan memperhatikan etika berbahasa maka
pribadi seseorang akan dikatakan baik. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan ialah penelitian ini membahas secara keseluruhan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia dalam pendidikan
formal.
Merujuk
pada beberapa penelitian sebelumnya, pentingnya Pembelajaran Bahasa Indonesia
disetiap kalangan, lingkungan dan sarana sangat penting, namun belum bisa
berjalan dengan sempurna. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meningkatkan
kesadaran dan minat peserta didik terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), menciptakan pembelajaran bahasa
Indonesia yang efektif bagi peserta didik dan menjaga eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional Indonesia. Maka dari itu perlu dilakukan
upaya dalam meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP agar peserta
didik dapat mahir dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik lisan maupun
tulisan.
Jenis penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut (Emzir, 2020) secara alternatif, pendekatan kualitatif menggunakan
paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan kontruktivisit, sosial, dan
historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu suatu teori. Penelitian ini menguraikan data hasil
penelitian yang diperoleh dari angket Pandangan Siswa terhadap Pentingnya
Bahasa Indonesia dan Minat dalam Pembelajaran. Berdasarkan fokus penelitian
yaitu upaya meningkatkan kesadaran peserta didik dalam pembelajaran bahasa
Indonesia maka data penelitian diperoleh menggunakan angket. Angket tersebut
ditampilkan pada pada platform google form untuk
memudahkan akses penyebaran kepada peserta didik.
Selanjutnya instrumen dibuat berdasarkan
kriteria yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP yang ditinjau dari persepsi tentang pentingnya bahasa Indonesia, minat
terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia, Faktor penghambat dan pendukung minat
belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Tahapan yang
dilakukan yaitu (1) analisis kebutuhan yaitu dengan mengumpulkan berbagai
informasi terkait pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP; (2) Perancangan
dan pengembangan angket penelitian serta strategi dalam menghadapi masalah
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah; (1) Penelitian akan dilakukan di SMP 3 Mandau yang
merupakan salah satu SMP Favorit dengan akreditasi A di Duri, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau. Populasi data adalah peserta didik di SMP 3 Mandau,
yakni kelas VIII dengan jumlah 272 Peneliti memilih kelas VIII.5 dengan jumalah
siswa sebanyak 31 sebagai sempel penelitian; (2) Angket respon tersebut memuat mengenai
masalah yang akan dipecahkan melalui upaya meningkatkan kesadaran peserta didik
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan jumlah pertanyaan 11 pertanyaan
yang terdiri dari tiga bagian yaitu (A) Persepsi tentang Pentingnya Bahasa
Indonesia (B) Minat terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan (C) Faktor
Penghambat dan Pendukung Minat Belajar Bahasa Indonesia (2) Kemudian dilakukan
wawancara terhadap 10 orang peserta didik untuk mengetahui latar belakang pengisian
angket yang bertujuan untuk memvalidasi data yang sudah diisi dalam bentuk
angket. Setelah itu dapat ditentukan metode ajar seperti apa yang dapat digunakan
oleh tenaga pendidik menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada pada peserta
didik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana minat peserta terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dan
yang melatbelakangi kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia baik lisan maupun tulisan. Kemudian, mencari upaya terhadap
permasalahan yang timbul karena kurangnya minat peserta didik terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia
Persepsi
Peserta Didik terhadap Pentingnya Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran
Bahasa Indonesia penting dilakukan karena sejatinya Bahasa Indonesia akan tetap
ada dan terus digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam dunia
pekerjaan, serta kegiatan lainnya yang membutuhkan komunikasi antar sesamanya.
Karena bahasa Indonesia ialah bahasa nasional negara Indonesia. Hal ini sejalan
dengan pendapat (Hidayah, 2015)
yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam komunikasi baik secara lisan maupun
tulisan.
Tabel 1. Persepsi Peserta Didik
No |
Pertanyaan |
Jumlah Responden |
SP (%) |
P (%) |
CP (%) |
KP (%) |
TP (%) |
Jumlah |
1. |
Menurut Anda, seberapa penting Bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari? |
31 |
22,6% |
19,4% |
3,2% |
51,6% |
3,2% |
100% |
Keterangan:
SP = Sangat penting
P = Penting
CP = Cukup penting
KP = Kurang penting
TP = Tidak penting
No |
Pernyataan |
Jumlah Responden |
SS (%) |
S (%) |
KS (%) |
TS (%) |
STS (%) |
Jumlah |
2. |
Saya merasa Bahasa Indonesia bermanfaat untuk masa
depan saya |
31 |
16,1% |
45,2% |
35,5% |
- |
3,25% |
100% |
3. |
Bahasa Indonesia membantu saya untuk lebih
memahami budaya Indonesia. |
31 |
19,4% |
35,5% |
35,5% |
9,7% |
- |
100% |
4. |
Menurut saya, belajar Bahasa Indonesia sama
pentingnya dengan belajar bahasa lainnya |
31 |
19,4% |
12,9% |
32,3% |
19,4% |
16,1% |
100% |
Keterangan:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Berdasarkan Tabel 1. Terlihat bahwa
dari 31 responden yang menjawab sebanyak 22,6% atau sekitar 7 peserta didik
menganggap Bahasa Indonesia sangat penting. 19,4% atau sekitar 6 peserta didik
memilih bahwa Bahasa Indonesia sangat penting. Sekitar 3.2% atau sekitar 1 dari
31 peserta didik merasa bahwa bahasa Indonesia cukup penting. Mayoritas memilih
kurang penting atau sekitar 51,6% dan sekitar 3,2% merasa bahwa bahasa
Indonesia tidak penting. Lebih dari separuh peserta didik (51,6%) merasa Bahasa
Indonesia kurang penting dalam kehidupan sehari-hari, dan tambahan 3,2% merasa
tidak penting. Hal ini menunjukkan adanya persepsi rendah terhadap peran Bahasa
Indonesia di kalangan sebagian besar peserta didik. Dalam wawancara yang
dilakuan peneliti kepada salah satu responden (FA) menyampaikan alasannya
menganggap bahasa Indonesia kurang penting karena bahasa Indonesia ialah bahasa
yang tidak harus dipelajari lewat proses pembelajaran. Menurut (FA) ia biasa berkomunikasi
dengan orang disekitarnya dengan bahasa daerahnya baik di lingkungan formal
maupun non formal. Karena mayoritas orang-orang di lingkungan (FA) berbahasa
daerah dari ia kecil dan menurutnya itu bukan sesuatu yang salah. Bahkan
menurutnya jika ia memakai bahasa Indonesia untu komunikasi sehari-hari akan
ada saja yang mencemoohnya dengan perkataan “ngapain pakai bahasa Indonesia,
toh saya lahir dari suku dan budaya yang ada disini kok”. Jadi dapat
disimpulkan lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam perspektif peserta didik
yang menganggap bahasa Indonesia kurang penting. Meskipun begitu, masih ada
22,6% yang menganggapnya sangat penting dan 19,4% yang merasa penting,
menunjukkan adanya sebagian peserta didik yang memiliki apresiasi tinggi
terhadap pentingnya Bahasa Indonesia. Data ini mengindikasikan bahwa mayoritas
peserta didik tidak merasa Bahasa Indonesia memiliki peran yang signifikan
dalam kehidupan sehari-hari mereka, yang mungkin menunjukkan kurangnya
kesadaran atau apresiasi terhadap bahasa nasional.
Berdasarkan tabel di atas, persepsi
peserta didik mengenai manfaat dan pentingnya Bahasa Indonesia bervariasi.
Untuk pernyataan "Saya merasa Bahasa Indonesia bermanfaat untuk masa depan
saya," sebanyak 61,3% responden menyatakan setuju atau sangat setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik menyadari manfaat Bahasa
Indonesia bagi masa depan mereka, meskipun masih ada 35,5% yang merasa kurang
setuju dan 3,25% yang sangat tidak setuju. Dalam sesi wawancara yang telah
dilakukan salah satu peserta didik (AV) memang mengakui bahwa ketika di dunia
kerja mereka memerlukan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Menurutnya, pada
lingkungan kerja ia tidak hanya bertemu dengan orang-orang yang memiliki budaya
yang sama dengannya, melainkan bertemu dengan banyak orang baru yang tentunya
dengan berbagi keragaman budaya, serta menurutnya lingkungan kerja ialah
lingkungan formal yang tidak bisa disamakan dengan lingkungan non formal. Hal
ini sejalan dengan pendapat (Firmansyah et al., 2024)
yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang formal juga mengacu pada
berjalannya kegiatan komunikasi kantor, jika bahasa yang digunakan baik maka
akan menghasilkan dampak yang baik juga untuk kantor. Jadi dapat disimpulkan
bahwa penggunaan bahasa Indonesia akan sangat bermanfaat bagi peserta didik
bukan hanya untuk hari ini, namun juga dimasa yang akan datang.
Pada pernyataan ketiga, yaitu
"Bahasa Indonesia membantu saya untuk lebih memahami budaya
Indonesia," sebanyak 54,9% peserta didik setuju atau sangat setuju. Hal
ini mengindikasikan bahwa lebih dari separuh responden menganggap Bahasa
Indonesia membantu mereka memahami budaya Indonesia, meskipun 35,5% merasa
kurang setuju dan 9,7% tidak setuju. Dalam sesi wawancara yang sudah di lakukan
(RP) menyatakan bahwa ia setuju dengan penyataan bahasa Indonesia membantu
untuk memahami budaya di Indonesia, karena menurutnya budaya di Indonesia
sangat beragam dan bahasa daerah di Indonesia juga sangat beragam, tentunya ia
tidak dapat mempelajari hal tersebut tanpa bantuan bahasa Indonesia. Karena
bahasa Indonesia menjadi alternatif untuk menghubungkan berbagai kebudayaan di
Indonesia mengingat ada sekitar 718 bahasa daerah di Indonesia (Hadiwijaya et al., 2023).
Namun di sisi lain (NA) saat diwawancarai mengungkapkan bahwa ia kurang setuju
dengan penyataan bahasa Indonesia membantunya untuk lebih memahami budaya di
Indonesia. Karena baginya, ia tidak berminat mempelajari ragam budaya di
Indonesia. Menurut (NA) ia sudah cukup memahami budaya lokal yang ada di
daerahnya saja.
Sementara itu, untuk pernyataan keempat
"Menurut saya, belajar Bahasa Indonesia sama pentingnya dengan belajar
bahasa lainnya," hanya 32,3% responden yang setuju atau sangat setuju.
Sebanyak 32,3% lainnya merasa kurang setuju, dan 35,5% lainnya bahkan tidak
setuju atau sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan adanya pandangan yang
cukup beragam di kalangan peserta didik, di mana sebagian besar merasa bahwa
Bahasa Indonesia mungkin tidak memiliki tingkat kepentingan yang setara dengan
bahasa lain. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat
kesadaran akan manfaat Bahasa Indonesia, ada juga keraguan di kalangan peserta
didik terhadap nilai pentingnya, terutama jika dibandingkan dengan bahasa
asing. Dalam sesi wawancara salah satu peserta didik (ZH) menyampaikan
pendapatnya bahwa ia sebenarnya tidak perlu belajar Bahasa Indonesia sedalam ia
mempelajari bahasa lainnya. Karena baginya bahasa Indonesia ialah bahasa yang
ia dapat dari ia kecil, jadi ia sudah cukup mahir dan tidak perlu belajar lebih
lanjut. Namun menurutnya, ia perlu mempelajari bahasa lainnya lebih lanjut
karena bagi (ZH) itu adalah pengetahuan baru yang akan menambah wawasannya.
Namun di sisi lain (RA) menyatakan bahwa ia sangat setuju bahwa bahasa
Indonesia sangat penting untuk dipelajari lebih lanjut. Karen menurutnya bahasa
Indonesia yang ia kuasai masih terdapat banyak kekurangan dalam lisan maupun
tulisan. Menurut (RA) ia ingin mempelajari secara mendalam mengenai Bahasa
Indonesia karena itu adalah bahasa Nasional yang harus dilestarikan. Dalam hal
ini, beragam pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia sangat penting dan
setara dengan bahasa lainnya untuk terus diperlajari. Namun juga ada sebagaian
peserta didik yang tidak setuju dengan penyataan tersebut karena menurut
mereka, mereka sudah mahir berbahasa dan tidak perlu memperlajari bahasa
Indonesia lebih lanjut mengingat materi bahasa Indonesia di SMP tidak
mengajarkan bagaimana Bahasa Indonesia yang baik namun hanya membahasa
kalimat-kalimat yang membosankan menurut mereka.
Minat terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran
abad 21 menekankan pada kognitif peserta didik untuk menjadi generasi emas
2045. Peserta didik diharuskan memiliki sejumlah modal, seperti kemampuan
berpikir kritis, literasi, dan berpikir komputasional. Modal tersebut
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan proyeksi kehidupan pada masa depan (Hadi Nugroho & Romadhon, 2022).
Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menarik minat peserta didik. Hal
ini bertujuan agar peserta didik mampu bersaing di era teknologi seperti
sekarang ini tentunya pembelajaran bahasa Indonesia yang disajikan haruslah
dengan rancangan yang menarik agar menaikkan minat peserta didik terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia yang sebelumnya peserta didik memiliki pandangan
bahwa “bahasa Indonesia itu membosankan”.
Tabel 2. Minat Peserta Didik terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia
No |
Pernyataan |
Jumlah Responden |
SS (%) |
S (%) |
KS (%) |
TS (%) |
STS (%) |
Jumlah |
1. |
Saya selalu bersemangat untuk mengikuti pelajaran
Bahasa Indonesia. |
31 |
19,4% |
19,4% |
41,9% |
6,5% |
12,9% |
100% |
2. |
Saya merasa materi yang diajarkan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia menarik dan relevan. |
31 |
19,4% |
19,4% |
29% |
16,1% |
19,4% |
100% |
3. |
Guru Bahasa Indonesia saya mengajarkan pelajaran
dengan cara yang menarik. |
31 |
16,1% |
19,4% |
45,2% |
9,7% |
9,7% |
100% |
Keterangan:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Berdasarkan Tabel 2 mengenai minat peserta didik terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia, terlihat bahwa antusiasme peserta didik
bervariasi. Pada pernyataan pertama, yaitu "Saya selalu bersemangat untuk
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia," sebanyak 38,8% responden setuju
atau sangat setuju. Namun, sebagian besar responden (41,9%) memilih kurang
setuju, dan sisanya, 6,5% memilih tidak setuju serta 12,9% sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat semangat peserta didik untuk mengikuti
pelajaran Bahasa Indonesia masih relatif rendah, dengan sebagian besar merasa
kurang bersemangat. Dalam sesi wawancara yang telah dilakukan (DE) menyampaikan
bahwa ia tidak bersemangat dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena ia merasa
bosan terus-menerus bertemu dengan huruf dan kalimat yang memaksanya
terus-menerus untuk membaca. Hal ini relevan dengan pendapat (Sari et al., 2020) yang menyatakan
bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia diduga
karena rendahnya minat membaca siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa peserta
didik merasa bosan dengan terus-menerus membaca dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diharapkan peran guru untuk mengambil langkah
penting yakni untuk memvariasikan metode dan cara belajar dalam proses belajar
mengajar agar peserta didik dapat bersemangat dalam pembelajaran.
Pernyataan kedua, "Saya merasa materi yang diajarkan
dalam pelajaran Bahasa Indonesia menarik dan relevan," menunjukkan respon
yang cukup beragam. Sebanyak 38,8% peserta didik setuju atau sangat setuju
bahwa materi pelajaran menarik dan relevan. Namun, 29% merasa kurang setuju,
dan sisanya, 16,1% tidak setuju serta 19,4% sangat tidak setuju. Data ini
menunjukkan bahwa meskipun ada responden yang tertarik pada materi pelajaran,
banyak peserta didik yang tidak merasa materi Bahasa Indonesia menarik atau
relevan. Dalam wawancara yang telah dilakukan salah satu peserta didik (HR)
menyampaikan pendapatnya bahwa ia ingin pembelajaran yang dapat ia aplikasikan
di dunia nyata maksudnya ialah relevan dengan kenyataan sehari-hari. Sehingga
semua dapat merasakan bahwa pembelajaran tersebut menarik bagi anak seusia
mereka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik menginginkan pembelajaran
yang relevan dengan dunia nyata namun masih banyak materi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang tidak bersinggungan dengan anak seusia mereka.
Untuk pernyataan ketiga, "Guru Bahasa Indonesia saya
mengajarkan pelajaran dengan cara yang menarik," hanya 35,5% responden
yang setuju atau sangat setuju. Sebaliknya, mayoritas peserta didik, yaitu
45,2%, merasa kurang setuju, sementara 9,7% lainnya tidak setuju dan 9,7%
sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik tidak
merasa bahwa cara mengajar guru mereka cukup menarik untuk menumbuhkan minat
mereka dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Secara keseluruhan, data diatas mengindikasikan bahwa minat
peserta didik terhadap pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang. Faktor-faktor
seperti metode pengajaran dan relevansi materi tampaknya mempengaruhi
antusiasme mereka terhadap pelajaran ini. Menurut (Nursyaidah, 2014) Jika terdapat
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai
minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna
bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-citanya serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya itu. Hal ini menjadi salah
satu tantangan bagi tenaga pendidik untuk menyusun startegi dalam menghadapi
peserta didik yang memiliki beragam kebutuhan pada proses pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Putu et al., 2021) yang menyatakan
bahwah kompetensi guru tidak statis, tetapi selalu berkembang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan zaman, maka agar tetap berkualitas di era
society 5.0 menuju generasi emas Indonesia tahun 2045.
Faktor
Pendukung dan Penghambat Minat Belajar Bahasa Indonesia
Faktor
pendukung adalah faktor yang menunjang atau bersifat untuk ikut serta dalam
mendukung suatu kegiatan (Rambe et al., 2022).
Pendapat tersebut juga berlaku dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
faktor yang membutuhkan peserta didik di dalam proses tersebut. Faktor
pendukung minat belajar bahasa Indonesia peserta didik bisa didapat dari dalam
maupun luar diri peserta didik. Selain faktor pendukung tentunya pasti ada
faktor penghambat dalm proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Faktor penghambat
tersebut dapat terjadi juga dari dalam maupun luar diri peserta didik. Hal ini
yang mengharuskan guru sebagai pemandu dalam proses pembelajaran berkontribusi
untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran agar minat peserta
didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang menurut mereka membosankan dapat
berubah menjadi pembelajaran yang asyik dan menyenangkan.
Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Minat
Belajar Bahasa Indonesia
No. |
Pernyataan |
Jumlah Responden |
SS (%) |
S (%) |
KR (%) |
TS (%) |
STS (%) |
Jumlah |
1. |
Saya merasa Bahasa Indonesia sulit dipelajari
dibandingkan pelajaran lain. |
31 |
48,8% |
19,4% |
9,7% |
9,7% |
12,9% |
100% |
2. |
Menurut saya, pelajaran Bahasa Indonesia kurang
menarik karena lebih banyak teori dari pada praktek. |
31 |
32,2% |
29% |
3,2% |
22,6% |
12,9% |
100% |
3. |
Saya merasa lebih termotivasi belajar Bahasa
Indonesia jika materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. |
31 |
77,4% |
22,6% |
- |
- |
- |
100% |
4. |
Saya lebih bersemangat jika pembelajaran
Bahasa Indonesia menggunakan media kreatif, seperti video atau games. |
31 |
77,4% |
22,6% |
- |
- |
- |
100% |
Keterangan:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Berdasarkan Tabel 3 mengenai faktor
penghambat dan pendukung minat belajar Bahasa Indonesia, ditemukan beberapa
poin penting yang memengaruhi minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran ini.
Pertama, sebagian besar responden, yaitu 48,8% sangat setuju dan 19,4% setuju
bahwa Bahasa Indonesia sulit dipelajari dibandingkan pelajaran lain. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi tentang sulitnya mata pelajaran Bahasa Indonesia
dapat menjadi penghambat bagi siswa untuk berminat lebih dalam mempelajarinya. Salah
satu peserta didik (SA) saat di wawancarai memberikan pendapatnya terkait
penyataan tersebut ia menyampaikan pendapatnya bahwa materi dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sangat luas cakupannya sehingga sulit untuk dipahami dan
dimengerti oleh peserta didik. Apalagi tersedia teks-teks panjang yang harus
dibaca berulang kali agar menemukan pertanyaan dari soal-soal yang tersedia.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik kesulitan memahami materi ajar
bahasa Indonesia karena materi yang disediakan sangat kompleks untuk dipahami
peserta didik.
Kedua, sebanyak 32,2% responden
sangat setuju dan 29% setuju bahwa pelajaran Bahasa Indonesia kurang menarik
karena lebih banyak teori dibandingkan praktik. Ini mengindikasikan bahwa
pendekatan yang lebih teoritis dalam pengajaran Bahasa Indonesia mungkin
mengurangi daya tarik bagi siswa, dan mereka mungkin akan lebih termotivasi
jika pembelajaran lebih banyak melibatkan aspek praktis. (NB) saat di wawancari
menyampaikan pendapatnya mengenai penyataan tersebut, ia salah satu individu
yang memilih sangat setuju untuk pendapat tersebut. Menurutnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia perlu adanya aspek penunjang dalam proses
pembelajaran misalnya, ketika sampai pada materi mungkin bisa diselingi dengan
praktik-praktik kecil yang membuat peserta didik ikut terjun langsung dalam
pelaksanaanya dan membuat mereka berpikir secara optimat. Hal ini juga membuat
mereka bisa berinteraksi dengan teman sekelas yang membuat pembelajaran akan
lebih menyenangkan.
Ketiga, sebanyak 77,4% responden
sangat setuju dan 22,6% setuju bahwa mereka lebih termotivasi belajar Bahasa
Indonesia jika materi yang disampaikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Temuan ini menunjukkan bahwa relevansi materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari dapat meningkatkan minat belajar siswa. Menurut (Savira et al., 2018)
metode ceramah interaktif juga dikenal dengan metode praktis, sebab bisa
mengaitkan fenomena kehidupan sehari-hari dan membuat siswa jadi lebih mudah
untuk memahami. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode ceramah
untuk membangkitkan minat peserta didik. Guru dituntut untuk dapat memberikan
stimulus pada peserta didik dengan mengaitkan materi ajar dengan kehidupan
peserta didik.
Terakhir, sebesar 77,4% responden
sangat setuju dan 22,6% setuju bahwa penggunaan media kreatif seperti video
atau games dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membuat mereka lebih
bersemangat. Penggunaan teknologi dan media interaktif ini dapat menjadi faktor
pendukung yang signifikan untuk meningkatkan minat peserta didik dalam belajar
Bahasa Indonesia. Menurut (Tria Rahayu et al., 2023)
Iptek memberikan peluang baru dalam proses pembelajaran dengan memperluas akses
terhadap informasi, meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, serta
memfasilitasi pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan menarik. Secara
keseluruhan, agar minat belajar Bahasa Indonesia meningkat, diperlukan
pendekatan yang lebih praktis, relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan
memanfaatkan media kreatif dalam proses pembelajarannya.
Upaya
Peningkatan Minat Belajar Bahasa Indonesia pada Peserta Didik Tingkat SMP
Untuk
meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VIII.5 SMP
3 Mandau yang berjumlah 31 orang, dilakukan beberapa upaya yang meliputi
peningkatan relevansi materi, penggunaan metode pembelajaran kreatif,
pengembangan keterampilan praktis, dan pemanfaatan teknologi dalam proses
pembelajaran. Berikut adalah beberapa strategi yang dilakukan peneliti terhadap
kelas VIII.5:
- Mengaitkan Materi
dengan Kehidupan Sehari-hari
Salah
satu cara efektif untuk meningkatkan minat belajar adalah dengan membuat materi
Bahasa Indonesia lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Peneliti melakukan
percobaan dengan menerapkan metode ceramah yang dilakukan dengan mengaitkan
dengan pengalaman pribadi peserta didik. Pada materi Bab III “Membuat Iklan,
Slogan dan Poster” di buku cetak Bahasa Indonesia edisi kurikulum merdeka untuk
SMP Kelas VIII. Peneliti melakukan metode ceramah dengan menanyakan kepada
peserta didik “apakah kamu pernah melihat iklan di jalanan atau ketika menonton
TV apakah kalian pernah melihat ada iklan di sela program kesayangan yang
kalian nonton?” hal in tentunya membuat peserta didik merasa bahwa hal itu
pernah ia rasakan dan itu sangat relevan dengan kehidupan yang ia lewati.
- Menggunakan Metode
Pembelajaran yang Kreatif dan Interaktif
Kemudian guru dapat menggabungkan beberapa
menggunakan metode pembelajaran yang kreatif, seperti role-playing, diskusi
kelompok, dan proyek kolaboratif, dapat membuat peserta didik lebih antusias
dalam mengikuti pelajaran. Misalnya dalam pada materi Bab III “Membuat Iklan,
Slogan dan Poster” guru dapat membagi kelompok untuk membuat proyek kolaboratif
dengan membebaskan kepada peserta didik apa yang ingin mereka lakukan dengan
kesepakatan kelompok. Setiap kelompok dibebaskan untuk memilih apa yang ingin
mereka kerjakan membuat iklan, slogan atau poster. Hal ini tentunya akan
menimbulkan motivasi terhadap peserta didik untuk memunculkan kekreativitasanya
dan bekerja sama dengan tim untuk merancang serta menyelesaikan proyek
kolaboratif entah itu berbasi digital ataupun berbasis kertas. Menurut (Febriana, 2022)
Pembelajaran Inovatif dan kreatif dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
dirancang oleh guru yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasa dilakukan, dan
bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam
proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan
perbedaan yang dimiliki siswa
- Memanfaatkan
Teknologi dan Media Digital
Teknologi dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru bisa menggunakan video,
audio, atau aplikasi pembelajaran bahasa yang interaktif agar materi lebih
menarik. Selain itu, menggunakan platform seperti YouTube atau aplikasi belajar
berbasis ilmu pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat melakukan pencarian dari
berbagai macam sumber mulai dari video, atau gambar bergerak untuk
merealisasikan atau memberikan gambaran pada peserta didik sesuai materi yang
sedang diajar yaitu “Membuat Iklan, Slogan dan Poster”. Menayangkan video
iklan, iklan dalam bentuk gambar, poster yang menarik dan slogan-slogan yang
memancing stimulus bagi peserta didik. Hal ini akan memberikan pandangan yang spesifik
terhadap materi yang sedang diajarkan dan memberikan bayangan untuk menimbulkan
kretifitas peserta didik dalam mengembangkan iklan, slogan dan poster. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Nurfadhillah et al., 2021)
Media audio visual memberikan banyak stimulus kepada siswa, karena sifat audio
visual itu suara dan gambar. Audio visual memperkaya lingkungan belajar,
memelihara eksplorasi, eksperimen dan penemuan, dan mendorong siswa untuk
mengembangkan pembicaraan dan mengungkapkan pikirannya. Penerapan Kooperatif
berbasis konstruktivisme yang dipadukan video animasi yang dilakukan peneliti
dapat memberikan inspirasi siswa mengenai keterkaitan materi ajar dengan
keadaan di sekitar kehidupan siswa (Imamah, 2012)
- Memberikan Umpan
Balik Positif dan Membangun Motivasi Internal
Guru juga perlu memberikan umpan balik
positif atas pencapaian siswa, sekecil apa pun itu, untuk membangun motivasi
internal mereka. Dengan merasa dihargai, siswa akan lebih termotivasi untuk
terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka. Umpan balik yang konstruktif
dan positif juga dapat membantu mereka mengidentifikasi kekurangan tanpa merasa
tertekan. Merupakan hal yang penting bagi guru untuk membantu siswa membangun
motivasi intrinsik dengan menstimulasi keikhlasan hatinya untuk mempelajari
sesuatu agar hasil belajarnya lebih positif dan dapat mempengaruhi prestasi
akademiknya (Emda, 2018) dalam (Lutfiwati, 2020).
Dengan menerapkan upaya-upaya tersebut, diharapkan minat belajar Bahasa
Indonesia pada peserta didik tingkat SMP dapat meningkat. Hal ini tidak hanya
akan membuat pembelajaran lebih efektif, tetapi juga membantu siswa memahami
pentingnya Bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas budaya dan alat
komunikasi yang kuat.
KESIMPULAN
Anggapan
bahwa pelajaran Bahasa Indonesia tidak penting adalah pandangan yang kurang
tepat dan perlu perhatian khusus atas masalah ini. Bahasa Indonesia bukan
sekadar mata pelajaran, tetapi juga bagian esensial dari identitas nasional dan
alat komunikasi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai
Bahasa Indonesia dengan baik membantu siswa dalam berpikir kritis, berkomunikasi
efektif, memahami budaya bangsa, serta menyerap ilmu dari berbagai bidang. Selain
itu, kemampuan berbahasa yang baik sangat penting dalam dunia kerja dan
pendidikan lanjutan. Dengan berbagai strategi pembelajaran yang relevan,
kreatif, dan interaktif, pelajaran Bahasa Indonesia bisa menjadi menarik dan
lebih bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, bukan pelajarannya yang tidak
penting, tetapi metode pengajarannya yang perlu terus disesuaikan dengan
kebutuhan dan minat peserta didik agar lebih bermakna dan menarik.
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan
Kuantitatif dan Kualitatif (Edisi Revi). Rajawali Pers.
Febriana, D. M. (2022). Mengembangkan Model Pembelajaran
Inovatif dan Interaktif di Sekolah Dasar. Journal of Practice Learning and
Educational Development, 2(4), 149–154.
https://doi.org/10.58737/jpled.v2i4.70
Firmansyah, F., Rachma, G. A., Sanjaya, F. N., Dwi, V.,
Aprilia, P., Kurnia, T. A., & Rizkyanfi, W. (2024). Optimalisasi Penggunaan
Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Bisnis Dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Di
Lingkungan Perkantoran. Jurnal Pengembangan Pendidikan, 8(4),
4–9.
Hadi Nugroho, F., & Romadhon, S. (2022). Minat Peserta
Didik MTsN 3 Banyuwangi dalam Gim Blooket pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Andragogi:
Jurnal Diklat Teknis Pendidikan Dan Keagamaan, 10(2), 153–162.
https://doi.org/10.36052/andragogi.v10i2.299
Hadiwijaya, M., Sulistiono, E., Budiono, D., & Mistianah,
M. (2023). Sosialisasi Program Konservasi dan Revitalisasi Bahasa Daerah
melalui Aplikasi Nusantara in Your Hand. Anfatama: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(1), 1–5.
Hidayah, N. (2015). Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar, 2(2), 190–204.
https://doi.org/10.37676/mude.v1i3.2483
Hilala, F. (2024). Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi. Abdima Dejurnal, 1(4), 181–189.
https://abdima.e-jurnal.web.id
Hutagalung, T., Manik, R., Harahap, A., Hadriana, S.,
Matematika, P., & Matematika dan, F. (2024). Pentingnya Kemampuan Bahasa
Indonesia yang Baik dalam Pelajaran Matematika Mengenai Materi Himpunan
Ditingkat SMP. 8, 14146–14154.
Imamah, N. (2012). Peningkatan hasil belajar IPA melalui
pembelajaran kooperatif berbasis konstruktivisme dipadukan dengan video animasi
materi sistem kehidupan tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1),
32–36. https://doi.org/10.15294/jpii.v1i1.2010
Khoiruman, M. (2021). Analisis Hambatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar. Kajian Linguistik, 9(2), 51–62.
https://doi.org/10.35796/kaling.9.2.2021.38949
Lutfiwati, S. (2020). Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 10(1), 54–63. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh
Maghfiroh, N. (2022). Bahasa Indonesia sebagai Alat
Komunikasi Masyarakat dalam Kehidupan Sehari-hari. Komunikologi: Jurnal
Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19(02), 102–107.
https://komunikologi.esaunggul.ac.id/index.php/KM/article/view/516
Nurfadhillah, S., Fadhilatul Barokah, S., Nur’alfiah, S.,
Umayyah, N., Yanti, A. A., & Tangerang, U. M. (2021). Pengembangan Media
Audio Visual pada Pembelajaran Matematika di Kelas 1 Mi Al Hikmah 1 Sepatan. PENSA :
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1), 149–165.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa
Nursyaidah, N. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar Peserta Didik. Forum Faedagogik, KhususJuli, 70–79.
https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/JP/article/view/446/418
Putu, N., Parwati, Y., & Pramartha, N. B. (2021).
Strategi Guru Sejarah Dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan Indonesia Di Era
Society 5.0. Widyadari, 22(1), 143–158.
https://doi.org/10.5281/zenodo.4661256
Rambe, S. D. S., Manurung, P., & Syarqawi, A. (2022).
Faktor Pendukung dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Siswa di SMP IT
Bunayya Padang Sidimpuan. Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Konseling Islam,
4(1), 1–10.
Rostina, R. (2024). Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia
sebagai Alat Komunikasi. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 1(April),
188–191. https://doi.org/https://doi.org/10.5281/zenodo.13285281
Santi, V. M., Azzahra, S., & Siregar, D. (2022). Analisis
Skor Literasi Membaca Siswa Indonesia Menggunakan Linier Mixed Models. MUST:
Journal of Mathematics Education, Science and Technology, 7(2), 116.
https://doi.org/10.30651/must.v7i2.14420
Sari, M. Z., Gunawan, A., Fitriyani, Y., & Hilaliyah, N.
(2020). Pengaruh Minat Baca Siswa Terhadap Hasil Belajar pada Pelajaran Bahasa
Indonesia di SD Negeri 1 Ciporang. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik,
4(2), 197. https://doi.org/10.20961/jdc.v4i2.42137
Savira, A. N., Fatmawati, R., Z, M. R., & S, M. E.
(2018). Peningkatan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Ceramah
Interaktif. Journal Focus Action of Research Mathematic (Factor M), 1(1),
43–56. https://doi.org/10.30762/factor_m.v1i1.963
Syaadah, R., Ary, M. H. A. A., Silitonga, N., & Rangkuty,
S. F. (2023). Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal Dan Pendidikan Informal.
Pema (Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat), 2(2),
125–131. https://doi.org/10.56832/pema.v2i2.298
Tria Rahayu, I., Pramuswari, M. F., Santya, M., Oktariani,
R., & Fatimah, S. (2023). Analisis Hasil Pengaruh Perkembangan Iptek
Terhadap Hasil Belajar Siswa Sd/Mi. HYPOTHESIS : Multidisciplinary Journal
Of Social Sciences, 2(01), 97–110.
https://doi.org/10.62668/hypothesis.v2i01.645
Wahyuni, N. (2018). Analisis Dasar Hukum Bahasa Indonesia
Sebagai Bahasa Nasional. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), 77.
https://doi.org/10.33760/jch.v4i1.91
Komentar
Posting Komentar